Jumat, 10 Februari 2017

MAKAN MALAM TAK TERASA


Hari itu sudah larut malam. Waktunya untuk makan malam. Teng...teng.....teng....  Ibunya sudah menyiapkan makan malam untuknya.
"Wahai anakku! Makan malam dulu." Sang Ibu menyapa, mengingatkan putranya.

"Aku sedang sibuk, Bunda." Demikian Jawaban polsnya. Ia terus asyik dengan aktivitasnya. Sibuk dengan tulisannya. Konsentrasi pada karyanya. Melihat putranya seperti itu, ibunya tidak marah. Ia datangi. Menyuapi. Suapan demi suapan terus diberikan. Remaja ini masih saja sibuk dengan aktifitasnya. Menyelesaikan tulisannya. Akhirnya, fajar tiba. Ia bertanya pada ibunya, "Wahai Bunda, mana makan malamku?"

Ibunya kemudian menjawab, "Aku sudah menyuapimu, anakku!" Putranya menjawab, "Demi Allah ak tidak merasakannya!" Subhanallah. Siapa dia? Dia adalah Imam Nawawi, murid Imam Syafi'i.

Ya... Imam Nawawi. Anak muda yang sarat karya. Penuh dengan prestasi menyejarah. Ribuan kitab dipersembahkan. Darah dan air mata dicurahkan untuk kemuliaan Islam. Beliau meninggal dunia pada usia empat puluh tahun. Tidak sempat menikah. Ilmu dan Jihad menyita sebagian besar waktunya. Imam Nawawi telah menemukan yang paling penting dalam hidupnya. Sejarahnya. Al-Adzkar, Riadhus Shalihin, Arba'in Nawawi dan Syarahnya adalah karya yang menyejarah yang terus mengalirkan barakah dan amal jariyah.

lalu..
bagaimana dengan kita?

0 komentar:

Posting Komentar